Monday, December 27, 2010

Di Titik Nol, Permisi



Sejenak yang melelapkan. Lalu barisan kenangan pahit menerbitkan kembali luka itu. Menciutkan hasrat tunas untuk bersemi. Kelopak bunga masih jauh dari mekar, bahkan dalam ketakutannya layu teranggas terik matahari.

Cukup sampai di sini. Adalah kita, tak ada —lagi.

Aku akan berdiri di jalanku. Mengundurkan diri sebagai tiang dan jembatan tanpa sebab, untukmu.

Dan seterusnya, tanpa ijinmu aku akan berlari dan menari dalam gerimis pagi, —sendiri. Permisi…!!!