Friday, February 20, 2009

TUMPANG TINDIH : Kanan Eror, Kiri Horny


PRESS RELEASE

TUMPANG TINDIH (Malem-Malem Bikin Syur) merespons berbagai masalah yang berjalan di luar batas normal atau kewajaran. Persoalan gaya hidup “EROR” yang dikupas tidak saja melibatkan industri seks atau komunitas tertentu, tapi menukik pada isu-isu lifestyle personal gaul yang sedang “in”. Mulai dari Supermarket Seks, “Lelang Cewek” of The Month, “Tiger Show” ala Thailand, Sex Machine ala Tali 16 Gaya, Cewek-Cewek “Petik Anggur” sampai ke Bra 36 O, trade-mark alat vital, dan obat kuat.


Nite-life yang dikuak tidak saja Jakarta-sentris, tapi juga melebar ke Surabaya, Bandung, bahkan Bangkok, Singapura dan juga Kuala Lumpur.

Apalagi “kegilaan” dunia malam dan life-style “eror” di sana???
Temukan dalam :

1. “KoloR-in-the-City”
2. “Kanan Eror, Kiri Horny”
3. “Malem-Malem Bikin Syur”
4. “Sport-Sex-tainment”
5. “Malu Bertanya Nyasar Di Ranjang”

TUMPANG TINDIH ibarat gado-gado betawi campur pizza, sushi, dan hamburger. Anda dapat menyantapnya dari mana saja. Mau menelan dan mengunyahnya secara bersama-sama juga tidak apa-apa. Siapa tahu, citra rasa “tumpang-tindih”nya malah menimbulkan sensasi yang berbeda. Yummmmy !!!

Info lebih lanjut, klik saja :
www.emkamoammar.com
www.moammaremka.blogspot.com

www.emkamoammar.blogspot.com

Monday, February 02, 2009

TUMPANG TINDIH (MaLeM-MaLeM BiKin SyuR)


Prolog nih ceritanya...

Mengumpulkan dan meng-update file-file yang tercecer. Itulah yang melatarbelakangi terbitnya buku ini. Coretan atau tulisan ---apapun itu bentuknya, buat saya adalah sebuah ide. Makanya, ketika saya membuka-buka lagi file-lama yang tersimpan rapi di hard-disk komputer dan laptop, tiba-tiba telontar keinginan untuk menjadikannya sebagai sebuah buku.

Yang pasti, keinginan itu datang begitu saja. Awalnya, iseng-iseng saya membaca empat tulisan saya yang berjudul Bra 36#O, Mak Ero Vs Mak Irit, Nude Server Party dan L’sbian Package. Ketiga tulisan saya ini pernah dimuat di kolom Seduction With Emka di majalah Male Emporium (ME) tahun 2006. Lalu, saya mulai menggabungkannya dengan beberapa tulisan yang tercecer di beberapa folder lain.

Keranjingan menulis untuk posting di web dan blog, membawa angin segar buat gue. Paling tidak, gue bisa memuntahkan semua yang ada di kepala gue dengan bebas, entah bentuknya sekadar uneg-uneg, curhat, gosip bahkan sampai menukik pada persoalan gaya hidup yang tengah jadi tren.

Well, ternyata ada banyak banget tulisan yang berhasil saya kumpulkan. Kalau dihitung-hitung, totalnya lebih dari 40-50. Makanya, daripada terbuang dengan percuma (kok jadi inget dengan “buang tai macan” yang jadi hobi sejumlah lelaki yang biasa jajan di prostitusi), tulisan yang tercerai berai itu coba gue kawinkan dalam satu buku. Biar nggak basi, tetap [up] to [date] dan setidaknya enak untuk dinikmati sebagai bacaan ringan yang informatif –syukur-syukur inspiratif, gue melakukan tambal sulam disana-sini.


Mengapa Tumpang Tindih?

Judul itu sebenarnya muncul tanpa sengaja. Persisnya, pas gue lagi duduk di sebuah kafe di bandara Adi Sucipto-Yogyakarta bareng Happy Salma. Waktu itu, gue dan Happy kebetulan lagi ada talkshow di sebuah pameran buku yang diprakarsai Buka Buku Production di GOR Universitas Negeri Yogyakarta.

Lagi enak-enaknya menikmati sepiring mie rebus, ide untuk membuat buku bareng itu tiba-tiba nyeplos begitu saja. Tadinya, karena buku itu merupakan “silang-sahut” antara saya dan Happy terhadap segala macam persoalan yang tengah tune-in. Makanya, saya mengusulkan judul Tumpang Tindih. Sayang, dalam perjalanannya buku itu terhenti di tengah jalan. Ya, alasannya lebih karena kendala teknis : sama-sama sibuk dengan pekerjaan.

Sebagai sebuah judul, Tumpang Tindih akan merespon berbagai masalah yang berjalan di luar batas normal atau kewajaran. Fokusnya, tentu saja tidak jauh dari bidang yang saya minati : gaya hidup dan industri seks lengkap dengan segala pernak-perniknya.
Secara tema, mungkin tidak berbeda jauh dengan tiga buku saya sebelumnya : Jakarta

Undercover 1,2 dan 3. Hanya saja, dalam buku ini persoalan yang saya tulis jauh lebih variatif. Tentu saja, tidak Jakarta-sentris tapi melebar ke beberapa kota besar lainnya (di Indonesia & beberapa negara tetangga) seperti Bangkok, Singapura, Kuala Lumpur, Surabaya, Bandung dan lain-lain.

Yang tak kalah penting, persoalan gaya hidup “eror” yang saya kupas, warna-warninya jauh lebih banyak. Tidak saja melibatkan industri-seks atau komunitas tertentu tapi juga menukik pada isu-isu ‘lifestyle-gaul’ personal yang sedang “in”. Beberapa contohnya ya seperti Bra 36-O, trade-mark alat vital, obat kuat dan sebagainya.... (to be cont'd..)

So....untuk lebih jelasnya....
silahkan baca bukunya yang bakal rilis FEBRUARI 2009 !